Wednesday, May 25, 2011

Belajar Budaya Masyarakat Maluku

Kelvin Sahusiwa
Manusia dan budaya berada dalam hubungan yang saling mempengaruhi dan saling menentukan satu dengan yang lainnya. Budaya adalah kreasi keluhuran dan kekuatan manusia pada satu sisi sedang manusia pada sisi yang lain adalah bentukkan budayanya. 

Oleh karena itu, belajar mengenai budaya sesungguhnya adalah belajar mengenai manusia. Sabtu sore, 25 Mei 2011 kemarin kami belajar tentang akar budaya masyarakat Maluku secara khusus melalui asal-usul masyarakat Maluku Tengah. Kami belajar tentang Siwa Lima. Berikut ini materi belajarnya!
* * *
SIWA LIMA 
Masyarakat Maluku khususnya yang mendiami wilayah Maluku Tengah secara umum mengakui dan menerima bahwa leluhur mereka berasal dari Pulau Seram yang terkenal dengan nama Nusa Ina (Pulau Ibu). 

Memang sampai sekarang belum ada bukti tertulis tentang hal itu, namun dalam tradisi lisan yang berbentuk kapata (kisah dalam bentuk nyanyian) yang sampai sekarang masih ada terdapat beberapa keterangan tentang asal-usul masyarakat Maluku Tengah. Menurut cerita dalam kapata-kapata dikatakan bahwa para leluhur masyarakat Maluku Tengah berasal dari satu tempat di Pulau Seram yang kemudian berpindah dan mendiami pulau-pulau di sekitarnya. 

Berikut ini salah satu kapata yang menceritakan tentang asal-usul masyarakat Maluku Tengah. Kapata ini dikutip dari buku “Seri Budaya Pela-Gandong dari Pulau Ambon”. Begini bunyinya:

                           “KURU SIWA RIMA E”
Tutu ya hei lete hei lete oo,
Hei lete Nunusaku o, Nunusaku o;
Nunusaku karu pela, karu pela o.
Nunusaku sama pela, sama pela o;
Sama pela Wae le telu, Wae le telu o,
Nunu e, nunu e, Nunusaku nunu e;
Nunusaku Nusa Ina, Nunu Siwa Rima oo,
Nunusaku Nusa Ina, Upu Ama lepa Nia;
Tala, Eti, Sapalewa, Kuru Siwa – Rima ee,
Upu Ama Karu Pela, Karu Pela o,

Berikut terjemahan bebasnya oleh Muhammad Lestaluhu.

                           “Tempat Asal Patasiwa Patalima”
Pandanglah ke sana, mereka datang, turun dari darat
Datang dari kawasan Nunusaku, Nunusaku.
Nunusaku mewariskan kita pela, ikatan persaudaraan
Nunusaku membawa serta pula ikatan kekeluargaan
Membawa lembaga pela dari kawasan tiga aliran sungai
Nunusaku, Nunusaku, dari sanalah asalnya
Nunusaku, Nusa Ina, janji para leluhur
Dari kawasan tiga aliran sungai Tala, Eti, dan Sapalewa berasal masyarakat Patasiwa dan Patalima
Para leluhur mewariskan pela ikatan persaudaraan milik bersama, harus terpelihara.
Karakteristik masyarakat Maluku Tengah sama, maka dapat diperkirakan pola 

Dengan demikian maka asal-usul masyarakat Maluku Tengah yang dianggap berasal dari Pulau Seram atau Nusa Ina itu mendapat dukungan dari cerita yang terdapat dalam kapata “Kuru Siwa Lima e” di atas.

Masyarakat Maluku Tengah pada awalnya berasal dari satu tempat di Pulau Seram, namun seiring perkembangan kehidupan sosial di tempat itu, terdapat kemungkinan bahwa masyarakat mengalami pertambahan jumlah penduduk, adanya perbedaan dasar ucapan dan cara rumpun Patalima dan rumpun Patasiwa berbahasa, serta adanya perbedaan keterampilan, antara lain cara menenun pakaian di antara para anggota kedua rumpun dimaksud. Mungkin karena faktor-faktor inilah masyarakat Nunusaku akhirnya mengalami perpecahan dan terjadilah peristiwa keluarnya masyarakat, baik ke arah Seram bagian Timur maupun Barat, juga ke arah Pulau Ambon dan Pulau-pulau Lease.

Proses keluar dari Pulau Seram itu berjalan lambat karena sering terjadi peperangan antar kelompok untuk merebut daerah kekuasaan. Peperangan terjadi tidak hanya antara rumpun Patasiwa dan Patalima saja, tetapi di antara kelompok-kelompok keluarga (lumatau) dalam satu rumpun. Keran peperangan-peperangan itulah maka dalam satu rumpun terdapat dua golongan. Dalam rumpun Patasiwa terdapat Patasiwa Putih dan Patasiwa Hitam.

Untuk mengantisipasi hal tersebut maka golongan Patasiwa Putih membentuk lembaga pendidikan Kakehan. Untuk mendidik orang berperang dan menjaga masyarakat. Karena sering terjadinya perang antar kelompok dan mendatangkan penderitaan maka keadaan itu diatasi dengan cara mengadakan perjanjian. Ikrar perjanjian inilah yang dilestarikan dalam bentuk nyanyian (kapata), salah satunya seperti kapata “Kuru Siwa Rima e”.
Di wilayah yang baru, masing-masing mereka hidup dalam kelompok-kelompok keluarga yang kemudian terkenal dengan sebutan lumatau (keluarga/famili) secara terpisah meskipun tidak berjauhan. Perkembangan selanjutnya beberapa lumatau yang berdekatan membentuk aman atau hena sebagai satuan pemukiman. Lalu satuan-satuan pemukiman itu membentuk semacam persekutuan yang disebut Uli, khusus di Seram disebut sebagai Pata. Terdapat dua macam  uli, yaitu uli lima dan uli siwa. Pada umumnya yang tergabung dalam uli lima adalah kurang lebih lima aman dan pada umumnya menempati daerah Utara (atas) pulau dan uli siwa gabungan sembilan aman yang berada di bagian Selatan (bawah) pulau.

* * *
Selesai berdiskusi tentang materi ini dalam dua kelompok, kami masing-masing mempresentasikan hasil diskusi untuk ditanggapi. Kami belajar berdiskusi dan mengkomunikasikan ide agar dapat sampai kepada orang yang mendengar. Demikianlah proses belajar hari itu berjalan dengan apa adanya. Pesan kami: "Mari mengenal budaya kita masing-masing, sebab budaya itu mencerminkan siapa diri kita sesungguhnya". Semoga bermanfaat!
 

0 komentar:

Post a Comment

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More