Picetures of The Week

Setahun Bermimpi

Setahun Bermimpi

Make a dream together - Setahun Gunung Mimpi

Setahun Bermimpi

Evon baca puisi Khalil Gibran - Setahun Gunung Mimpi

Setahun Bermimpi

Nicko Manuhua persembahkan lagu "Mama" untuk Setahun Gunung Mimpi

Setahun bermimpi

Kado Ulang Tahun untuk Anak-Anak Gunung Mimpi

Saturday, October 15, 2011

Kelelahan menjadi Senyuman

Oleh Wirol Haurissa

Sore hari begitu sayup, saatnya matahari terbenam dan waktu tenang untuk belajar bersama adik-adik. Saya dan Mario Nussy bergegas ke Gunung Mimpi, tak disangka saat pertengahan jalan kami berdua bertemu dua orang kakak.

Ternyata mereka berdua bernama Wilza Parera dan Valen Anakotta. Kami bercakap-cakap, sesaat kemudian Wilza dan Valen mengikuti saya dan Mario, menuju Gunung Mimpi.

Kami berempat mulai melangkah namun tiba-tiba muncul pertanyaan keingintahuan dari mereka berdua “di mana Gunung Mimpi itu”.

Pertanyaan itu mulai terjawab ketika kami sampai di Amahusu. Tepatnya di tikungan jalan, maka pertanyaan mereka berdua mulai terjawab. Sekitar pukul 17.33 WIT kami berempat bertemu dengan adik-adik. Respon yang baik, sapaan hangat lewat kata-kata dan ekspresi adik-adik memadang kakak Wilza dan Valen.

Sambil berpandangan, adik-adik bersalaman dengan kakak baru mereka. Saya tak begitu lama memandangi mereka karena adik-adik yang lainnya sedang bersih-bersih sekitar tanjakan jalan rumah adik Titi menuju Gunung Mimpi. Itulah wujud dari aktivitas mereka mencintai alam.

Kami berempat tanpa berlama-lama, mengajak adik-adik untuk belajar. Walau mereka terlihat lelah dan seorang kakak menyarankan untuk belajar besok namun adik-adik Gunung Mimpi tak mau. Sungguh mengagumkan ketika keinginan mereka untuk tetap melakukan aktivitas belajar tak bisa dihentikan.

Kedatangan kakak yang baru membuat keadaan semakin berwarna dan adik-adik pun bersemangat. Tanpa berlama-lama, kami semua menuju tempat belajar sambil tertawa dan gembira karena lelucon yang dibuat kakak Macho.

Sampai di tempat belajar, adik Geby berlari, bersuara keras dan memberikan salam kepada kakak-kakak yang baru. Keinginan keras dari adik-adik membuat kedua kakak, ikut bersemangat, walaupun kelihatan raut wajah dan tubuh yang tak kuat lagi dari Valen dan Wilza saat naik gunung.

Waktu terus berjalan seakan langit menjadi gelap namun keinginan adik-adik tak gelap seperti malam itu. Sambil menarik nafas dan perlahan mengatur detak jantung. Kami lalu belajar dengan adik-adik. Ramai rasanya kami semua berkumpul.

Kakak Wilza yang biasa dipanggil Icha, diminta oleh adik-adik untuk membawakan doa dengan bahasa inggris dan adik-adik mengikuti kakak Icha saat mengucapkan doa.

Kaka Icah mulai berdoa “Bapa Kami versi Bahasa Inggris”

Our Father which art in Heaven,
Hallowed be Thy Name.
Thy Kingdom come,
Thy Will be done,
On Earth, as it is in Heaven.
Give us this day our daily bread,
And forgive us our trespasses,
As we forgive those who trespass against us.
And lead us not into temptation,
But deliver us from evil.
For Thine is the kingdom, the power, and the glory,
Forever.
Amen.

Permulaan yang baik dari awal perkenalan. Kami belajar dan membuat tugas bersama. Adik Intan, Valy, Deriski, Eksel dan Edo mempunyai tugas Bahasa Inggris yang dikerjakan bersama-sama kakak Icha. Bertepatan dengan tugas bahasa inggris, adik Edo dan Intan juga belajar menggambar kerena pada keesokan harinya ada tes mulok.

Kami semua belajar bersama, sampai akhirnya kami harus berpisah. Perpisahan kami ditutup dengan doa oleh adik Valy. Sambil berpelukan membuat lingkaran kecil, kami berdoa bersama-sama. Kesan demi kesan menjadi penyembuh bagi hati dan penyejuk bagi semuanya.

Kakak Valen mengucapkan “banyak terima kasih kepada adik-adik gunung mimpi karena mereka telah memberikan pengalaman yang indah untuk hidup”.

Kakak Icha menulis perasaanya pada sehelai kertas “Gunung Mimpi, lelah, capek, sengsara karena naik gunung membuat saya pertama kali menginjak kaki di sini dan kelelahan menjadi hilang dalam sekejap karena melihat dan merasakan, betapa besarnya minat dan bakat yang dimiliki oleh adik-adik di sana.

Adik-adik yang mempunyai niat belajar membuat orang-orang yang tak peduli dengan pedidikan dan menyianyiakan keringat orang tua sangatlah banyak. Namun pada akhirnya saya mendapat jawaban bahwa belajar dan rasa ingin tahu sangat besar dari adik-adik Gunung Mimpi sampai memacu kaka Icha untuk menghargai pendidikan".

Adik-adik pun kembali ke rumah masing-masing. Saya, kakak Mario, kakak Icha dan kakak Valen turun gunung. Keceriaan ditambah banyak hal yang dipelajari saat itu, membuat kami tak bisa melupakannya begitu saja karena pertemuan kami penuh makna. Kami berempat melangkah penuh kebahagiaan yang menjadi bagian dari adik-adik.

Pdt Jacky, Kakak Uken, kakak Ronny, kakak Ino, kakak Noel yang jauh dan kakak yang lainnya. Salam dari adik-adik Gunung Mimpi untuk kalian semua. Buat kakak Icha dan kakak Valen terima kasih atas pelajaran hari ini dan perkenalan yang tak disangka menjadi indah. Terima kasih banyak bagi kakak-kakak yang menudukung dan mendoakan kami setiap saat.

BerSamPlas 17: Kami Sahabat

# BerSamPlas 17 | Henry Kdise #
Bertemu sejak tiga minggu berlalu, saya dan Mario Nussy sekitar pukul 13:03 menuju Gunung Mimpi, tepatnya di Amahusu. Kami berdua sampai di tempat tujuan dan besiap menaiki gunung.

Kehadiran kami tak disangka adik-adik Gunung Mimpi, dengan kaget kami berdua membuat mereka tersenyum. Rasa rindu dari adik-adik membuat kami, rasakan kebahagiaan, senang, gembira dengan suara teriakan memanggil kami. “Kaka Maryo, kaka Wirol”.

Kami berpelukan, duduk bersama. Saya dan Mario istirahat saat tiba di gunung. Hari yang menyentuh hati, kami semua bertemu dan berkumpul di tempat biasanya “rumah kaka Weslly Johannes”.

Sambil istirahat, kami siap turun gunung bersama adik-adik. Begitu semangatnya mereka langsung menyampaikan perasaan untuk BerSamPlas dan mengangkat pasir untuk membangun tempat belajar.

Perlengkapan telah disiapkan “karung dan kantong plastik”. Saatnya, kami turun gunung dan menuju Pasir Putih. Sebelum turun gunung, kegiatan kami mulai dari rumah masing-masing dengan mengangkat sampah disekitar lingkungan rumah.

Saat tiba di jalan kami lalu berdoa yang dibawakan oleh adik Edo. Selesai berdoa kami langsung melangkah sepanjang jalan sambil mengakat sampah plsatik. Cara kami adalah proses membentuk setiap karakter berlajar mencintai alam dan sesama.

 
Langit cerah merona, mengeringi perjalanan kami sampai tiba di pasir putih. Kami semua bekerja bersama-sama, membersikan pantai dan mengangkat pasir. tindakan kami membuat semuanya tampak gembira dan tanpa beban. Aktivitas yang dilakukan membuat kami menjadi sahabat, walau terkadang kami bermarahan satu dan lain namun untuk membangun tempat belajar, kami bergandengan tangan dan menghilangkan semua kemarahan.

Sambil mengakat pasir, kami bercerita dan membangun dinamika, menjaling hubungan kekerabatan. Cerita-cerita singkat saat berakhirnya BerSamPlas dan mengangkat pasir diungkapan oleh kakak Mario Nussy.

Sementara bercerita, kami melepaskan beban tanpa syarat. Angin yang berhembus sepoi-sepoi dan panasnya udara tak bisa menghilangkan semangat kami. Kecerian saya dan adik-adik mulai berdamai, kami membuat lingkaran dan berpegangan tangan sambil bernyanyi.

Selesai BerSamPlas, kami menaiki gunung dan menutup aktivitas saat itu dengan doa. “bukan untuk hari ini saja, tetapi untuk seterusnya, kami menjadi sahabat yang tak terpisahkan”.



Kesombongan, kemarahan hilang. Kami bergembira bersama-sama dengan Alam dan siapa saja. Kekompakan telah kami miliki dan menjadi kenangan kebersamaan yang laur biasa. Saya dan Mario berpisah dengan adik-adik dan aktivitas hari itu membawa kami pada satu tujuan yaitu sahabat. (5w1h)

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More